⛈️ Cerpen Pengalaman Bermain Sepak Bola
Translationsin context of "PENGALAMAN BERMAIN SEPAK BOLA" in indonesian-english. HERE are many translated example sentences containing "PENGALAMAN BERMAIN SEPAK BOLA" - indonesian-english translations and search engine for indonesian translations.
Cerpen"Kenangan Pada Sebuah Pertandingan" ini sendiri merupakan cerpen yang kembali mengingatkan kita, bahwa di balik sisi indah sepakbola, ada beberapa hal-hal getir dan ingatan yang menyesakkan yang selalu menolak untuk dilupakan.
Padabuku "Dongen Enteng ti Pasantren" karya Rahmatullah Affandi sering disingkat RAF, penulisnya mengisahkan pengalaman semasa di pesantren. Kisah tersebut ditulis dalam beberapa cerita, seperti antologi cerpen. Pada saat bulan puasa, di buku tersebut, selain mengaji sebagaimana umumnya di pesantren, ajengan menganjurkan untuk bermain sepak bola.
CerpenTentang Sepak Bola. Tidak sedikit pemain profesional yang bermain di level amatir. Bermain bola ditengah malam cerpen karangan: Diplomasi Sepak Bola Menjalin Hubungan Antarbangsa dengan from lucu (humor) lolos moderasi pada: Lebih dari itu, sistem dalam sepak bola juga merefleksikan dalam dunia nyata tentang bagaimana sebuah lembaga, organisasi, bahkan sebuah
Akupun segera masuk ke rumah dan mengambil bola, ketika melihat jam ternyata menunjukkan pukul 22.00. Aku pun segera keluar karena mereka semua sudah tidak sabar untuk bermain bola. Kami langsung menuju jalan raya, terlihat jalanan pada malam sepi. Kami langsung membuat gawang dengan benda seadanya.
Ibaratsebuah sosok pahlawan versus pecundang. Para jajaran pemain belakang akan kena semprot saat kebobolan. Beralaskan tumpukan sandal, jadilah gawang. Ukuran tinggi dan lebar pun diukur oleh ukuran kaki untuk lebar serta tinggi sejauh mana kiper melompat. Coba tanyakan siapa yang harus jadi kiper?
Cerpenpertama berjudul Esse Est Percipi karya Jorge Luis Borges tentang sepakbola sebagai simulasi canggih dan bagaimana fantasi membimbing kita jika menghadapi situasi ketika sepakbola sebenarnya sudah tidak ada lagi.
CerpenTentang Olahraga Sepak Bola. Berdasarkan buku sari kata bahasa indonesia legenda adalah cerita rakyat zaman dahulu yang nah itulah sekelumit pembahasan tentang legenda bahasa jawa serta beberapa kumpulan cerita rakyat berbahasa jawa. Pengertian, teknik dasar, dan manfaat. 25+ Inspirasi Keren Contoh Poster Olahraga Sepak Bola from satu ketika sekitar
. Kisahan Pendek Karya Thomas Sunlie Alexander Pelan nan enggak objektif, perkenalan awal Aswin. Bek kanan nan tangguh, tapi mudah terpancing emosi. Ia tidak membenarkan, tak juga menyangkal. Anak komidi p versus kembali sering mengeluh seandainya bertanding di lapangan sepak bola kampungnya itu. Kesebelasan nan mendapat giliran menempati sisi lapangan yang landai teradat berjuang lebih keras. Bola bakal bergulir kian gelap dan lawan menyerbu seperti banjir. Setiap kali bola datang, Aswadi kiper timnya, terpontang-panting mengendalikan gawang. Sebaliknya, betapa sulitnya menggiring si kulit bundar ke kusen sebelah. Usianya kala itu baru belasan tahun. Mereka patungan menyablon kaus. Biru pendar seperti seragam Les Bleus, tim kebangsaan Prancis. Ia kebagian nomor punggung tujuh. Gelandang kiri. Sebetulnya ia lebih demen bermain sebagai agresor dan buruk perut yakin dia anak komidi haus gol. Serangan-serangannya drastis, menusuk langsung ke jantung pertahanan lawan. Semata-mata, Bang Amran berkeras anda harus main di sayap. “Tendanganmu invalid akurat, tapi umpan-umpanmu bagus!” kata kakak iparnya yang menjadi pelatih kesebelasan kampungnya itu. Tak ada gunanya berbantah. Toh, anda berbuat tugas-tugasnya dengan baik. Bola berputar deras dari kakinya. Umpan demi umpan dengan gemilang disorongkannya. Ferdiansyah dan Fuad selalu mewah memanfaatkan umpan-umpannya dengan pas baik. Berkali-siapa mereka menjuarai turnamen 17 Agustusan dan bertelur merebut Camat Cup dua tahun berturut-turut. Bahkan sekali menjadi runner-up Trofi Bupati. Tetapi, justru di kejuaraan memperebutkan trofi Kepala Desa mereka koteng, di kandang sendiri, kesebelasannya mesti tertendang di fragmen eliminasi! Ya, tidak kali ia melupakan pertandingan itu kendati telah sangat bertahun-periode. Bersesakan, nyaris tergencet, di antara ribuan calon penonton yang gembar-gembor murka, bayangan waktu lalu itu menjangkit dalam kepalanya, begitu juga tayangan ulang di layar televisi. Digenggamnya dempang-intim tangan Riko, anaknya yang plonco 10 musim, agar enggak ikut terjerat arus massa yang kian kehilangan ketabahan. Enggak suka-suka lagi antrean. Terjadi dorong-menunda, ubah sikut. “Holid turuun! Holid turuuunn…!” suara kemarahan itu berkemandang di langit siang yang musykil. Ia mencoba membawa Riko menepi. Namun itu lagi tak hal mudah. Oh, betapa paras-roman lelah yang tampak beringas di sekelilingnya ketika ini serta-merta mengenangkannya plong turunan-turunan kampungnya seorang, nan tiba-tiba sekadar jadi pemberang tatkala berdiri di pinggir lapangan sebagai suporter sore itu. Sebatas sekarang, kamu selalu berpikir waktu itu lalu awal mereka datang ke pelan. Para pemirsa pula bertandang terlalu prematur. Pertandingan akan dilangsungkan pemukul catur sore, tapi jam dua warga kampungnya yang menjadi suporter telah mencurah ruah di pinggir alun-alun. Begitu bisingnya. Para cowok berseru-seru dan mencura bersanggit. Kaum ibu dan anak asuh-anak lain kalah gaduhnya. Tak terlazim tiket, tapi bandar judi berkeliaran, kupon-kupon ceria diam-sengap diedarkan berusul tangan ke tangan. Tukang bakso, penjual kacang rendang, tukang es, delman nasi goreng, dan penjaja mainan momongan-anak turut meramaikan suasana di luar lapangan. “Kami sudah kehabisan dana!” teriak Pak Burdin, bos panitia penyelenggara, seperti kebakaran godek ketika warga memprotes minimnya akomodasi di tanah lapang. Mikrofon soak dengan suara cempleng, kayu kredit nan secukupnya, dan alun-alun jelas tak dibenahi dengan semestinya. Penduduk semata-mata bisa bersungut-sungut. Betapa suasana menjelang pertandingan yang panas itu seolah masih dapat dia rasakan. Telinga mereka sampai terasa pekak oleh suara teriakan. Maklum, kendati merupakan laga pertama kesebelasannya dalam turnamen, pasangan yang akan dihadapi tahun itu adalah kampung tetangga yang menjadi musuh turun-temurun selama bertahun-masa. Andeng-andeng, enggak ada alasan menyalahkan pelan jelek atas kekalahan. Sira tahu itu, semua teman-temannya tahu. Malah bermain di kandang sendiri, di hadapan orang-orang kampung nan menginjak-tiba menganggap bola kaki seumpama fragmen berpokok untung-untungan gengsi mereka. Di tanah lapang buruk itu, skuat yang lebih dulu menempati papan berumput deras tentu tak menyia-nyiakan kesempatan mencetak angka sebanyak kelihatannya. Dan lazimnya memang hampir selalu keluar sebagai pemenang. Maka detik wasit melemparkan koin Rp100, ia pun berdoa dengan sungguh-bukan main agar Pudin tak pelecok memilih gambar gunungan wayang. Doa itu tersalurkan. Mereka bersorak kegirangan saat melihat sisi koin yang terbuka di jejak kaki tangan wasit, seakan-akan sebuah gol plonco saja tercipta. Wajar belaka jika suara cemooh dari suporter n antipoda sekali lagi terdengar begitu Aswadi berdiri di muka tiang pilihan. Suasana menegang karena para pemuda kampung mereka mengembari cemooh itu dengan berangasan. Kelihatan faktual rasa cemas di wajah orang-cucu adam yang menjadi petugas keamanan. Apalagi lapangan itu cuma dipagari tiga utas tali tambang. Tapi kedudukan tetap belaka berubah bintang sartan 2-3. Jeritan pendukung lawan bergemuruh keras. Engkau terhenyak. Panasnya pertandingan itu menciptakan menjadikan fisik mereka seperti meleleh, bukan sekali lagi mampu disejukkan maka dari itu gerimis yang berangkat menetes satu per lantas menggelembung. Hingga memasuki menit ke 74, suatu gol kembali menjebol gawang Aswadi. Kali ini dari titik penalti! Menciptakan menjadikan takhta jadi timbang 3-3. Kesenangan suporter lawan meledak. Menyusul saling ejek dan buang-lemparan yang enggak terhindarkan. Botol minuman, rajangan tiang, dan godaan mulai melayang. Lalu, bencana itu datang! Anda berdiri di sana, ia ingat, di pojok kiri gawangnya sendiri. Semua pemain turun membantu pertahanan. Bahkan Ferdi tak pernah juga menaiki menerobos sengkang lapangan sejak gol penalti antitesis tercipta. Ooh, bagaimana mungkin bisa ia lupakan serbuan yang datang begitu bertubi-tubi itu, membuat mereka nyaris kocar-kacir. Ya, seolah-olah baru kemarin peristiwa itu berlanjut. Jelas sekali n domestik ingatannya bola itu hinggap dari depan, menggelinding harfiah ke tengah gawang. Aswadi tersungkur di luar kotak penalti selepas berjumpalitan menghambat dua letusan senjata api berantai Salim. Aswin berusaha menyapu bola namun luput. Sahaja dirinya, suatu-satunya insan yang boleh menghentikan laju bola itu, menyelamatkan gawang mereka mulai sejak kebobolan. Tetapi entah sudah predestinasi, alias amung-ain kesialan. Ah, malapetaka itu seperti diputar ulang n domestik benaknya Kakinya terpeleset oleh licinnya mulut gawang. Ia kehilangan keseimbangan tepat di saat ujung sepatu kanannya menyentuh bola! Demikianlah. Berlawanan dengan kehendaknya menendang bola jauh-jauh ke asing alun-alun, si kulit bulat justru terpelanting persisten ke sudut kanan papan. Tanpa ampun serempak merobek net! Keributan pecah di luar lapangan. Sorak-sorai suporter lawan seketika teredam makanya teriakan-laung marah. Sebagian penonton bubar berhamburan. Polisi dan petugas keamanan sama sekali tak berdaya ketika dengan beringas para pemuda kampungnya merangsek ke arah suporter lawan. Sebagian menyerbu masuk ke dalam lapangan. Belum juga senggang ia beranjak kumat, ia merasa putaran birit kepalanya dihantam benda keras. Bagaimana siapa dia melupakan pertandingan itu? Kepalanya nan mendapatkan pukulan batang kayu harus mengakui panca setik dan diperban makin dari seminggu. Tak ikatan diketahui barangkali pemukulnya, terlebih malam harinya rumahnya senggang dilempari orang bukan dikenal. Itulah terakhir kalinya kamu bertindak bola. Karena dua minggu berselang, sahaja tiga waktu setelah kamu menyepakati ijazah miskram SMA-nya, ayahnya memanggilnya selepas magrib. “Paman Hanif menanyakanmu,” prolog ayahnya ketika itu, sambil menatapnya keruh. “Ada salam dari bibimu,” ibunya menambahkan. Perempuan itu memperhatikan perban di kepalanya dengan sedih. Sira ingat, bagaimana engkau saja bisa tertunduk di sisi meja ruang perdua. “Kau ingin syarah?” soal sang ayah kemudian. Engkau saja mengangguk kecil. Sejak itu, kakinya tak pernah lagi menjejak bola. Tak pernah sekalipun ia datang ke lapangan alias stadion. Ai, kalau bukan karena Riko merengek terus-menerus sehingga membuat istrinya sewot, takkan pernah dia menginjakkan kaki di stadion ini, pikirnya getir. Sungguhpun dia adv pernah, anak semata wayangnya sangatlah menaksir bola kaki. Suasana di depan stadion osean itu semakin tegang, semakin panas. Langit siang seakan turut mengepal. * Yogyakarta, 2022 *** Akan halnya Pengarang Thomas Sunlie Alexander lahir pada 7 Juni 1977 di Belinyu, Pulau Bangka. Ia menggambar cerpen, puisi, esai, suara sastra, ulasan seni rupa, dan gubahan sepakbola di berbagai ragam alat angkut nan terbit di Indonesia, serta sewaktu-waktu mengerjakan terjemahan. Pusat puisinya yang berjudul Sisik Ular Pangkat diterbitkan secara adv minim maka itu Halaman Indonesia 2014. Taktik cerpennya yang telah bermula ialah Lilin lebah Buta Yin Gama Ki alat, 2009 dan Madu Dewa Pendiangan Ladang Pustaka & Serokan Wreda, 2022. Sementara itu, novel karya Mo Yan, The Garlic Ballads Balada Dasun Ceria yang diterjemahkannya akan segera diterbitkan. Cerpen “Kenangan Plong Sebuah Pertandingan” ini sendiri merupakan cerpen yang kembali mengingatkan kita, bahwa di balik sisi indah sepakbola, terserah beberapa hal-peristiwa getir dan ingatan yang menyesakkan yang selalu menolak untuk dilupakan. Seperti halnya narasi Moacir Barbosa, sepakbola kadang bisa menjadi kutukan yang begitu jahat bakal beberapa pihak, menorehkan tinta hitam yang akan sulit buat dilupakan, justru oleh waktu sekalipun. Cerpen ini permulaan kali diterbitkan makanya surat kabar Media Indonesia sreg 5 Juli 2022. Sendang lukisan
Cerpen, Jawa Pos, Puspa Seruni Antara El Bicho dan Kasidah Sunday, 12 March 2023 — 0 Comments Cerpen, Endang S Sulistiya, Kedaulatan Rakyat Tak Ada Piala Dunia di Hati Rahma Monday, 16 January 2023 — 0 Comments Cerpen, Kak Ian, Radar Banyuwangi Sepatu Bola untuk Rehan Friday, 13 January 2023 — 1 Comment Cerpen, Den Setiawan, Kompas Hotel Keluarga di Tokyo Tuesday, 27 December 2022 — 0 Comments Cerpen, Mufti Wibowo, Suara Merdeka Hadiah Natal dari Buenos Aires Friday, 23 December 2022 — 0 Comments Aba Mardjani, Cerpen, Kompas Cinta Elena & Pedro Thursday, 08 December 2022 — 0 Comments Ahmad Akbar, Cerpen, Fajar Makassar Bendera Piala Dunia Saturday, 26 November 2022 — 0 Comments Cerpen, Eko Triono, Jawa Pos Sepak Cinta, Gila Bola Monday, 10 October 2022 — 0 Comments Cerpen, Kompas, Seno Gumira Ajidarma Matinya Seorang Pemain Sepakbola Saturday, 24 September 2022 — 0 Comments Aliurridha, Cerpen, Jawa Pos Cerita-Cerita Ganjil di Lapangan Sepak Bola Monday, 05 September 2022 — 0 Comments
- Bek Manchester City, Kyle Walker, buka suara soal pengalaman pahit The Citizens yang harus kalah di final Liga Champions dari Chelsea dua tahun lalu. Kyle masih mengingat jelas perasaan tersebut dan mengaku sangat sulit untuk menerima kekalahan itu. Chelsea mampu mengalahkan pasukan Pep Guardiola pada laga all-English di final Liga Champions 2020/2021 ketika masih berada di bawah asuhan Thomas Tuchel. Gol tunggal dari Kai Havertz memupus harapan City untuk bisa meraih Si Kuping Besar untuk pertama kali. Kendati demikian, Kyle Walker berharap Manchester City telah belajar dari kekalahan menyakitkan itu. The Citizens kembali memiliki kesempatan untuk bisa meraih trofi Liga Champions musim ini. Mereka akan menantang Inter Milan di Istanbul akhir pekan nanti. Jika Manchester City berhasil mengalahkan Inter, mereka akan menjadi tim Inggris kedua dalam sejarah yang mengikuti jejak Manchester United pada tahun 1999 karena berhasil merengkuh gelar Premier League, FA Cup, dan Liga Champions hanya dalam satu musim.
cerpen pengalaman bermain sepak bola